Sebelumnya kami mengucapkan Selamat Idul Fitri 1431 H, Minal Aidin Walfaidzin.
Sketch on location kali ini dirangkaikan dengan silaturahmi Idul Fitri. Meskipun banyak yang belum hadir karena masih mudik di kampung halaman masing-masing, namun pada gathering kali ini kita kedatangan sketcher tamu dari Nunukan-Kalimantan Timur;
dr. Seno Aji Wijanarko, seorang dokter, mantan anak arsitek yang kembali menggeluti hobby sketsa setelah bertemu dengan komunitas Indonesia's Sketcher. Salute!
Pangeran Diponegoro adalah putra sulung dari pasangan Hamengkubuwana III (Raja Mataram) dan seorang selir bernama R.A. Mangkarawati. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta, dengan nama asli Raden Mas Mustahar lalu diubah namanya oleh Hamengkubuwono II tahun 1805 menjadi Bendoro Raden Mas Antawirya.
Mengenai sejarah singkat mengenai Pangeran Diponegoro bisa disimak di
sini.
Pangeran Diponegoro mendekam di Penjara Fort Rotterdam semenjak 1834 hingga wafatnya pada 8 Januari 1855, dan di makamkan di Kampung Jawa-Makassar.
Sayang, saat sketch on location hari itu penjara dalam keadaan tertutup (buka setiap hari Senin-Jumat). Jadi, hanya bisa men-sket interiornya hanya melalui jendela saja.
Ada cerita tersendiri mengenai pintu yang berukuran sangat rendah di penjara tersebut. Konon pintu itu dibuat sedemikian rendahnya agar bisa membuat Pangeran Diponegoro 'tunduk' pada Belanda saat harus melewati pintu tersebut.
Cerita lain yang sedikit agak konyol yang santer beredar dikalangan para guide di Fort Rotterdam adalah meskipun beliau akhirnya harus 'merendahkan diri' akibat 'dikerjain' Belanda, namun Pangeran Diponegoro tetap tidak kehabisan akal agar bisa 'mengerjain balik'. Konon, setiap kali akan keluar melalui pintu tersebut, beliau selalu mendahulukan bokongnya untuk mengejek tentara Belanda (tapi apa benar sih Pangeran Diponegoro yang terkenal sangat religius bisa seusil itu?)