Sunday, February 20, 2011

Sketch & Sharing #15: Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Antang

Minggu, 13 Februari 2011
Ada yang sedikit berbeda di Minggu pagi itu.  Nampak Pete'-Pete' (angkot) telah menanti kedatangan teman-teman IS-Mks di pelataran parkir Benteng Fort Rotterdam.  Rupanya lokasi sket kali ini agak jauh dari lokasi-lokasi sebelumnya (yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki).  Kali ini lokasi sket yang dipilih adalah Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) di wilayah Antang. 

Selain hunting sketch, agenda special di minggu itu adalah workshop melukis mengunakan medium tanah liat oleh  Pak Zainal Beta, untuk anak-anak pemulung di Taman Baca TPAS Tamangapa, Antang.   Kegiatan ini  merupakan kerjasama antara mahasiswa Teknik Planologi Unhas, yayasan YAPTA-U, Indonesia's Sketcher Makassar, dan MakassArt Gallery, . 
 

Yayasan YAPTA-U (Yayasan Pabbata Ummi), mendirikan sebuah taman baca tepat di samping TPAS. Taman Baca ini bertujuan untuk mengajarkan masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai pemulung, tentang pentingnya pendidikan, terutama pendidikan anak. Di Taman Baca yang memiliki anak damping lebih dari 100 anak ini, memiliki jadwal rutin untuk tetap menjaga semangat belajar di sekitar TPA. Setiap hari selasa, kamis dan sabtu anak-anak diajarkan berhitung, membaca, bernyanyi, menulis, dan kegiatan lainnya untuk mencari potensi dan bakat anak-anak TPA.
 

Untuk memberikan sedikit semangat dan menumbuhkan kreativitas anak, pada hari minggu, 13 Februari 2011, diadakan Workshop melukis dengan tanah liat di Taman Baca YAPTAU.
Pak Zainal Beta menyulap jiwa sekitar sekitar 70 anak-anak ini untuk menghamburkan kreativitas mereka dengan tanah liat. Anak-anak ini takjub melihat suatu karya seni bernilai tinggi yang hanya dihasilkan dari tanah liat dan sebilah bambu tipis. Ada yang membuat rumah panggung dengan pohonnya, perahu, bahkan ada yang membuat kaligrafi “ALLAH”.


Arsyad, seorang anak pemulung berusia 7 tahun yang masih kelas 1 di SD Borong Jambu, Antang, menggambar sebuah rumah besar, dan ketika ditanya mengapa membuat rumah besar, ia pun menjawab “karena tidak mauka rumah kecil Ka”. Sebuah kalimat jujur dari seorang anak “payabo” (pemulung). 
 






Kegiatan ini juga dilengkapi dengan aktivitas teman-teman dari Indonesia's Sketcher Makassar yg asik menghasilkan sketsa-sketsa dari kehidupan nyata Komunitas Pemulung.  Workshop yang dilakukan dimulai dari jam 11 sampai jam 2 siang. Meski hanya berlangsung sebentar, namun terlihat jelas tawa dan kreativitas dari anak-anak “payabo”. 
 
Sesuai dengan tujuan awal yayasan ini, semoga kegiatan ini bisa memberikan sedikit percikan semangat dan menumbuhkan kreativitas anak serta akan ada kegiatan-kegiatan kreativitas lainnya yang bisa membuat semangat anak-anak ini tidak padam.

No comments:

Post a Comment